Friday, December 26, 2014

Tanda Keimanan : Bernafsu Untuk Ittiba’

Tanda Keimanan : bernafsu untuk ittiba’

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ. (الخطيب البغدادي)

Keterangan : Sang Nabi menyampaikan :

1. tidak dikata mukmin bila hawa nya tidak sesuai dengan apa yang aku bawa.
2. maksud tidak dikata mukmin ; tidak sempurna. Ini berlaku untuk semua hadis-hadis tentang tanda keimanan.
3. hawa ; angin. Cinta dan hasrat sering di ibaratkan angin oleh orang arab, wajhus syibehnya ; terombang-ambing sesuai kemana angin berhembus.
4. sesuai apa yang aku bawa ; maksudnya ; memang hasrat cinta itu tidak bisa dikendalikan kemana arahnya, sebab terserah kemana angin berhembus. Begitu juga dengan keimanan yang sudah tebal berisi, tentu seseorang akan fokus tertarik mengikuti (jadzab) disitu. Namun bila hawa keimanan itu bisa dikendalikan sesuai syari’at nabi, tentu itu satu tanda bahwa keimanannya sudah mencapai tingkat tertinggi.
5. keimanan orang jadzab tentu menunjukkan keimanan orang yang sudah level tinggi. Namun bila sudah bisa mengendalikan, dan lebih tertata sesuai syari’at, tentu itu tanda kesempurnaan.

No comments:

Post a Comment