Sunday, December 28, 2014

Tanda Keimanan : Saling Menyayangi

Tanda keimanan : saling menyayangi

عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، إذَا اشْتَكَى شَيْئًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى. (متفق عليه)

Keterangan : Sang Nabi menyampaikan :

1. tasybeh yang terangkai dalam ; musyabbah : orang mukmin, musyabbah beh : jasad, wajhus syibeh ; sama-sama berlandas cinta, menyayangi dan loyal. Qorinah aqliyah : jika merasa ada keluhan, badan akan ajak-ajak seluruh anggotanya, untuk terjaga dan terlingkupi demam.
2. anggota badan satu dengan yang lain pasti berbeda, meski dalam pasangannya. Namun perbedaan ini tidak menghalangi mereka sehingga terbentuk dalam satu kesatuan yang disebut badan.
3. salah satu tanda keimanan adalah solid berjama’ah dalam segala situasi.
4. seperti contoh do’a : tawaffani musliman wa alhiqni bis shoolihiin (cabut nyawaku dalam keadaan menjalankan keislaman, dan sertakan aku di barisan orang-orang sholeh). Mati itu jatah pribadi, tapi nanti masuk surga barengan).

Tanda Keimanan : Bersaudara

Tanda keimanan : bersaudara

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَنَاجَشُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَلَا يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا، الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ وَلَا يَكْذِبُهُ وَلَا يَحْقِرُهُ، التَّقْوَى هَاهُنَا - وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ - بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ. (رواه مسلم)

Keterangan : Sang Nabi menyampaikan :

1. Setiap muslim bersaudara.
2. tanda bila bersaudara : tidak saling dengki, saling memata-matai, saling benci, saling tidak peduli, tidak pula melangkahi transaksi orang lain yang sedang atau sudah dibuat.
3. tanda bila sudah menjadi hamba Alloh ; merasakah persaudaraan sesama muslim, tidak mendholimi, tidak merendahkan, tidak membohongi, tidak menghinakan.
4. majaz : taqwa itu di sini ( di dada). Taqwa itu gerak tubuh, sedang yang dimaksud adalah hati. Artinya, poros segala tindakan itu ada di hati. Dan apa yang ada di hati sangat bergantung pada kekuatan iman.
5. Tanda akan besaran kekuatan inilah yang kemudian menentukan, seberapa besar kejelekan yang ada pada diri seseorang, sehingga pada akhirnya terlihat pada akhlaqnya, terutama saat dia meremehkan saudara sesama muslim.
6. baik apa yang diremehkan itu ada pada ranah ; jiwa, harta atau kehormatan.

Saturday, December 27, 2014

Tanda Keimanan : Tidak Ada Dosa Dalam Keimanan

Tanda keimanan : tidak ada dosa dalam keimanan

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لا يُخْرِجُ الْمُؤْمِنَ مِنْ إِيمَانِهِ ذَنْبٌ كَمَا لا يُخْرِجُ الْكَافِرَ مِنْ كُفْرِهِ إِحْسَانُ. (رواه ابن ابي الدنيا)

Keterangan : Sang Nabi menyampaikan :

1. bila iman adalah tali kekang perbuatan seperti telah disampaikan pada judul disana, tentu apa yang dilakukan tidak bisa lepas sesuai tali kekang itu.
2. bila tali kekangnya kuat sempurna, tentu ada garansi bila apa yang dilakukan pasti tidak lepas dan lolos dari ukuran dan tali itu dikencangkan. Begitu konsekuensi seterusnya bila ada gradasi terhadap kekuatan tali kekang itu.
3. lawan kata iman adalah kufur. Sampai disabdakan ; iman tidak melahirkan dosa, sebaliknya i h s a n tidak terlahir dari kekufuran.
4. Maka apapun yang dilakukan orang beriman tentu berkebalikan dengan apa yang dilakukan orang kafir. Meski dalam waktu, ruang dan tindakan yang sama, semisal kejujuran. Sama-sama tidak bohong, semisal dalam memberi opini ; itu adalah orang jujur. Tetapi karena dasarnya berbeda tentu konsekuensi dalam catatan amalnya berbeda.

Tanda Keimanan : Kesempurnaan Iman

Tanda keimanan : kesempurnaan iman

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ الْإِيمَانَ. (رواه ابو داود)

Keterangan : Sang Nabi menyampaikan :

1. setiap hati manusia mempunyai ruang-ruang. Dan begitu cepat suasana akan berubah dan bahkan berbalik, tergantung suasana. Contoh bila mata ke kanan melihat uang banyak, dia akan senang, melihat kiri melihat anaknya diganggu temannya, langsung berganti ke ruang marah, bisa tembus keruang benci. Bila mata ke depan melihat tugas kerjanya, pindah lagi menjadi sumpek. Dan bila ingat kakeknya sedang sakit, maka suasana menjadi sedih. Demikian seterusnya, begitu mudah hati berpindah ruang.
2. Dalam hati ada ruang malu, berani, berharap, takut, sabar, emosi, bahagia, syukur, dan lain-lain mencapai segala aspek akhlaq baik maupun akhlaq buruk.
3. dari sekian ruang, ada ruang cinta berbunga-bunga. Dan setiap orang pastinya mendamba mendapat suasana seperti ini. Apalagi bila cinta sudah memenuhi ruang-ruang hati, maka seolah tidak ada lagi ruang kebenciaan, ruang dengki, ruang pelit dan lain-lain.
4. dan bila cinta sudah memenuhi segala ruang, maka seperti disabdakan bahwa apa yang akan dilakukan semuanya dan segalanya hanyalah karena Alloh.
5. bila cinta sudah sampai di level tertinggi seperti itu, dan cinta itu kepada Alloh Sang Pencipta, bagaimana rasanya ? itulah puncak dari segala puncak tertinggi. Sehingga Rasululloh menyatakan ; imannya sudah sempurna.

Tanda Keimanan : Manisnya Keimanan

Tanda keimanan : manisnya keimanan

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ. (روواه البخاري)

Keterangan : Sang Nabi menyampaikan :

1. tiga tanda seseorang mendapat manisnya iman.
2. Alloh dan rosulnya lebih dicinta daripada selain keduanya. Yang pertama ibarat rumahnya, yang kedua ibarat pintunya.
3. tidak mencinta kepada sesama kecuali berdasar karena Alloh. Tanda ini satu level dibawahnya. Karena cintanya tidak langsung kepada Alloh, tetapi hanya kepada Alloh. Ibarat senang kepada teras depan rumah, bukan kepada pemiliknya.
4. benci pada kekufuran, taruhannya siksa bakar. Tanda ini satu level dibawahnya, karena tidak lagi di ruang cinta, tetapi ruang benci, meski itu karena Alloh.
5. kata 3 (tiga) tidak menjadi patokan pasti tidak ada yang keempat. Tetapi hanya ingin menunjukkan contoh dan gradasinya.

Friday, December 26, 2014

Tanda Keimanan : Bernafsu Untuk Ittiba’

Tanda Keimanan : bernafsu untuk ittiba’

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ. (الخطيب البغدادي)

Keterangan : Sang Nabi menyampaikan :

1. tidak dikata mukmin bila hawa nya tidak sesuai dengan apa yang aku bawa.
2. maksud tidak dikata mukmin ; tidak sempurna. Ini berlaku untuk semua hadis-hadis tentang tanda keimanan.
3. hawa ; angin. Cinta dan hasrat sering di ibaratkan angin oleh orang arab, wajhus syibehnya ; terombang-ambing sesuai kemana angin berhembus.
4. sesuai apa yang aku bawa ; maksudnya ; memang hasrat cinta itu tidak bisa dikendalikan kemana arahnya, sebab terserah kemana angin berhembus. Begitu juga dengan keimanan yang sudah tebal berisi, tentu seseorang akan fokus tertarik mengikuti (jadzab) disitu. Namun bila hawa keimanan itu bisa dikendalikan sesuai syari’at nabi, tentu itu satu tanda bahwa keimanannya sudah mencapai tingkat tertinggi.
5. keimanan orang jadzab tentu menunjukkan keimanan orang yang sudah level tinggi. Namun bila sudah bisa mengendalikan, dan lebih tertata sesuai syari’at, tentu itu tanda kesempurnaan.

Tanda Keimanan : Pasang Surut Keimanan

Tanda Keimanan : pasang surut keimanan

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَثَلُ الْمُؤْمِنِ وَمَثَلُ الْإِيمَانِ، كَمَثَلِ الْفَرَسِ فِي آخِيَّتِهِ، يَجُولُ ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى آخِيَّتِهِ، وَإِنَّ الْمُؤْمِنَ يَسْهُو ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى الْإِيمَانِ، فَأَطْعِمُوا طَعَامَكُمْ الْأَتْقِيَاءَ، وَأَوْلُوا مَعْرُوفَكُمْ الْمُؤْمِنِينَ (رواه احمد)

Keterangan : Sang Nabi menyampaikan :

1. Beliau memakai isti’aroh tamsiliyyah ; padanan mu’min terkait keimanan, seperti halnya kuda dengan tali akhiyah nya (ikatan kekang di kepala kuda), dimana dia akan membiarkannya berjalan (semau kuda), lalu akan kembali pada tali kekanganya.
2. wajhu syibeh antara keduanya berupa statemen berikutnya ; bahwa seorang mukmin terkadang lupa, namun dia akan kembali pada keimanannya.
3. sahwun itu lupa seperti nge blank. Beda dengan ghoflah atau lalai yang lupa karena ketidakwaspadaan, atau membiarkan ketidak waspadaan bisa terjadi.
4. tips atau pelajaran untuk menjaga keimanan dan tidak lupa disini ada dua, semuanya bermuara pada hal sosial eksternal. Pertama pada lingkup tokoh masyarakat ; beri orang-orang taqwa itu (minimal) makanan. Kedua pada lingkup politik atau pejabat ; berikan urusan pemerintahan kepada sesama mukmin.

Tanda keimanan : Prioritas Tindakan

Tanda keimanan : prioritas tindakan

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَحَتَّى يُقْذَفَ فِي النَّارِ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ نَجَّاهُ اللَّهُ مِنْهُ، وَلَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ. (رواه احمد)

Keterangan : Sang Nabi menyampaikan :

1. tantangan kepada yang mengaku beriman, apa benar ?
2. dua statemen disampaikan ; pertama saat kondisi menuntut kesabaran ; Alloh dan rasulNya lebih dicintai meski disiksa bakar sekalipun. Kedua saat kondisi bersyukur .
3. Alloh dan rasulnya lebih dicinta daripada ; jalur ke atas yakni orang tua atau kerabat tua, jalur ke bawah yakni anak keturunan, dan jalur sesama, baik istri, teman, tetangga, atau yang lain.
4. bicara cinta tentu tiada logika. Dan bicara cinta yang bersumber keimanan berarti bicara tentang seorang makhluq yang berpolah tingkah religi, sampai ada orang lain bilang “orang ini sudah gila !”.
5. tanda keimanan ini berhubungan dengan ketiadaan pencitraan iman kepada sesama manusia.

Tanda Keimanan : Tingkatan Amal Terbaik

Tanda Keimanan : tingkatan amal terbaik

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ سُئِلَ : أَيُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ ؟ قَالَ : إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ. قِيلَ : ثُمَّ مَاذَا ؟ قَالَ : ثُمَّ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ. قِيلَ : ثُمَّ مَاذَا ؟ قَالَ : ثُمَّ حِجٌّ مَبْرُورٌ. (متفق عليه)

Keterangan : Sang Nabi menyampaikan :

1. soalannya ; amal apakah yang paling utama ? Beliau menjawab dengan uslub hakim (gaya bahasa menjawab lebih dari soalan) : apapun perbuatannya adalah hal utama bila didasari keimanan.
2. keimanan yang disampaikan ada dua. Iman kepada Alloh dan rosulNya. Seolah menyampaikan ; iman itu secara up down adalah iman kepada Alloh. Sedang yang bottom up adalah iman kepada rosul.
3. atau ingin menyampaikan ; iman sapu jagad dari hilir ke hulu.
4. atau ingin menyampaikan ; iman vertikal adalah ; utamanya iman kepada Alloh, lalu qodho’ qodar, dan hari akhir. Iman horisontol utamanya kepada nabi, lalu kitab suci dan malaikat.
5. iman perlu tasdiq dalam setiap perbuatan. Orang yg masuk dalam kalangan ini disebut siddiqiin, satu level dibawah para nabi.
4. lalu apa lagi ? jihad di jalan Alloh. Orang beriman yang masuk dalam kalangan ini disebut syuhada’. Satu level dibawah siddiqiin.
5. lalu apa ? haji mabrur. Orang beriman yang masuk dalam kalangan ini disebut sholihiin. Satu level dibawah syuhada’. Maksudnya, tindakan kepantasan orang sholeh (pantas) setelah berhaji.
6. dalam riwayat lain, haji mabrur adalah ; toyyibul kalam wa toyyibut tho’am (eksternal : wangi bicara, internal : wangi asupan makanan).

Tanda keimanan : malu

Tanda keimanan : malu

عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الْأَنْصَارِ وَهُوَ يَعِظُ أَخَاهُ فِي الْحَيَاءِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : دَعْهُ فَإِنَّ الْحَيَاءَ مِنَ الْإِيمَانِ. (متفق عليه)

Keterangan : Sang Nabi menyampaikan :

1. pentingnya mau’idhoh kepada sesama.
2. sebagai orang yang lebih berhak menyampaikan materi, Beliau dengan bijaksana tidak lalu langsung nimbrung, sama seperti kode etik dokter kepada pasien.
3. sampai nanti bila ada kesalahan, tidak lalu menegur di depan pasien. Hal itu bisa merusak suasana ketiga belah pihak.
4. bila dikonotasikan, bahwa pelajaran yang disampaikan tidak sesuai dengan yang bicara, maka cara menasehati juga sangat kondisional. Dalam materi ini, Beliau bersabda “biarkan..”, artinya biarkan kenyataan yang akan menasehati, jika nasehat dan yang menasehati tidak sinkron, tentu akan malu sendiri..
5. huruf fa’ jatuh setelah perintah, menunjukkan illat hukum. Jadinya ; Biarkan ! (karena) malu dari iman.
6. kaidah : buah perbuatan adalah perbuatan juga. Dan buah gerak hati adalah suasana hati yang lain. Contoh ; Iman adalah gerak hati. Malu juga gerak hati. Artinya, secara simultan terjadi suasana yang berbeda di hati karena sesuatu yang sudah ada di hati.
7. hal ini menunjukkan bahwa hati manusia punya ruang ruang tersendiri. Sebab qalbu itu sendiri berarti bolak balik. Artinya, yang selalu bolak balik berpindah suasana.
8. dalam riwayat lain, “malu adalah satu bagian dari 70 bagian iman”. Dalam riwayat lain pula “al-haya’u al-imanu kulluh”, malu itu mencakup seluruh iman. Bila dikompromikan berarti ; malu itu ibarat dapur yang mewarnai seluruh kehidupan rumah.

Thursday, December 25, 2014

Tanda keimanan : ridho

Tanda keimanan : ridho

عَنْ الْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : ذَاقَ طَعْمَ الإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا، وَبِالإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا. (رواه الحاكم)

Keterangan : Sang Nabi menyampaikan :

1. orang yang ridho Alloh sebagai tuhan akan mencicipi rasa iman.
2. dzaaqo ; mencicipi. Indikasi bahwa ada efek bagi orang yang mendapatkan keimanan.
3. tho’ma ; rasa. Iman ibarat bensin akan dirasakan oleh mesin, bagaimana halusnya premium, pertamax atau yang lain. Seperti halnya sholat orang yang beriman abal-abal, lumayan atau penuh keimanan. Tentu akan berasa sangat berbeda.
4. ridho adalah sifat pasrah dengan suka hati.
5. robb adalah sebutan tuhan sebagai dzat yang mengatur semua skenario.
6. urutan ridho dari Alloh, islam dan nabi Muhammad adalah indikasi keterkaitan secara urut ; hubungan vertikal ke bawah, horisontal ke sesama dan terakhir vertikal ke atas.

Salah Satu Cara Memperbaharui Keimanan

Salah Satu Cara Memperbaharui Keimanan

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآَلِهِ وَسَلَّمَ : جَدِّدُوا إِيمَانَكُمْ. قِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَكَيْفَ نُجَدِّدُ إِيمَانَنَا ؟ قَالَ : أَكْثِرُوا مِنْ قَوْلِ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ. (رواه الحاكم)

Keterangan : Sang Nabi menyampaikan :

1. istilah tajdid terkait hal yang sudah usang
2. tajdid keimanan mengisyaratkan iman itu bagaikan batu baterai yang butuh di charge setiap kali dipakai beraktifitas.
3. perintah memperbanyak menunjukkan bahwa semakin banyak charge dilakukan semakin seseorang siap untuk banyak beraktifitas
4. memperbanyak qoul, artinya ucapan melafalkan. Dalam bahasa arab qoul artinya kata ucapan yang disampaikan baik faham kandungannya secara menyeluruh atau hanya tahu mengucapkannya, bahkan meski tidak tahu artinya.
5. qoul tahlil berarti ; faham atau tidak faham, berbanyaklah mengucapkannya. Dengan bahasa lain, sejauh mana mana pengetahuan tentang kandungan tahlil, tetap ucapkan saja yang banyak.
6. Tahlil adalah ucapan : LAA ILAAHA ILLA ALLOH.
7. arti secara leterlek : TIDAK TUHAN SELAIN ALLOH. Hal ini masuk pembahasan majaz, atau terkait dengan bahasan dalalatul iqtdho’. Atau kalimat yang memerlukan sisipan kata agar kalimatnya bisa dipahami.
8. secara umum sisipan kata ; “ada” jadinya tidak ADA tuhan selain Alloh.
9. namun tidak menutup kemungkinan sisipan kata yang lain. Bisa berupa ; yang disembah (ma’bud) , yang diingat (madzkur), baaqin (kekal) dan lain-lainnya.
10. Mana yang paling benar dari kata sisipan itu, dijawab dengan seberapa besar keimanan yang dipunyai, atau pada situasi yang bagaimana keimanan itu sedang naik dan tebal.

Jangan terlambat untuk beriman

Jangan terlambat untuk beriman

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا، فَإِذَا طَلَعَتْ مِنْ مَغْرِبِهَا آمَنَ النَّاسُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ، فَيَوْمَئِذٍ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا. (رواه مسلم)

Keterangan : Sang Nabi menyampaikan :

1. Tanda kiamat ; matahari akan berbalik dari barat ke timur.
2. saat hal itu terjadi, semua nya menyadari lalu beriman.
3. seorang pun tidak akan selamat dari kiamat, kecuali hal paling mendasar, berupa keimanan.
4. keimanan yang diakui ada dua, namun semuanya sudah tidak punya.
5. Pertama : keimanan yang sudah dipersiapkan sebelumnya, bukan iman dadakan. Ibarat penyesalan saat ujian, setelah sebelumnya tidak mau belajar. Penyesalan yang sia-sia tidak ada arti artinya.
6. Kedua : keimanan yang tidak menumbuhkan rasa manis dan berbunga indah.

Wednesday, December 24, 2014

Alloh Menciptakan keimanan

Alloh Menciptakan keimanan

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ الإِيمَانَ لَيَخْلَقُ فِي جَوْفِ أَحَدِكُمْ كَمَا يَخْلَقُ الثَّوْبُ الْخَلِقُ، فَاسْأَلُوا اللَّهَ أَنْ يُجَدِّدَ الإِيمَانَ فِي قُلُوبِكُمْ. (رواه الحاكم)

Keterangan :
1. Bila kita muncul di dunia ini tanpa kita sadari, tentu keimanan sebagai bahan bakar hati pun juga adalah ciptaanNya.
2. Ada tasybeh : iman itu ibarat baju. Musyabbah beh nya iman, musyabbah nya baju, wajhus syibeh : sama sama diciptakan.
3. Bila di hadis lain dibsabdakan : perbaruilah keimanan dengan memperbanyak tahlil, tapi disini Sang Nabi menyampaikan : berdo'a dan mintalah kepada Alloh agar iman selalu diperbaharui.
4. Diantara pelajaran ; iman itu mahal.



keterangan insya Alloh berlanjut

Iman, islam dan ihsan

Iman, islam dan ihsan

عن عُمَر بْن الْخَطَّابِ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ، وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنْ الْإِسْلَامِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُومَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنْ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا، قَالَ: صَدَقْتَ، قَالَ: فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِيمَانِ، قَالَ: أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ، قَالَ: صَدَقْتَ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِلِ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَتِهَا، قَالَ: أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ، قَالَ: ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ لِي: يَا عُمَرُ أَتَدْرِي مَنْ السَّائِلُ ؟ قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ (رواه مسلم)


Keterangan penting:
1. Husnudhon kepada seseorang yang datang
2. Contoh kerendahan hati rasululloh saat mengatakan :
"Itu Jibril mengajarkan agama pada anda",
padahal yang menjawab adalah Sang Nabi.
Jibril hanya memberikan umpannya.
3. Iman adalah sesuatu yang bergerak dalam hati.
4. Islam adalah perbuatan yang terefleksi dari hati.
5. Ihsan adalah buah menjalankan islam yang terefleksi dari hati yang beriman
6. Kapan kiamat ? tidak ada yang tahu. Tetapi Alloh memberikan tanda-tanda.
7. Contoh tanda itu menunjukkan iman, islam dan ihsan telah menyusut bahkan menjadi nihil.


keterangan insya Alloh berlanjut