Wednesday, January 28, 2015

Tanda Keimanan : Tidak maksiyat

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلَا يَسْرِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلَا يَنْتَهِبُ نُهْبَةً يَرْفَعُ النَّاسُ إِلَيْهِ فِيهَا أَبْصَارَهُمْ حِينَ يَنْتَهِبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ. (رواه البخاري)

Keterangan : Sang Nabi menyampaikan :

1. Diruang iman orang zina tidak akan zina, begitu juga yang mabuk, mencuri atau yang mencari popularitas.
2. seperti dikata di thema kufur dan iman tidak menyatu , atau harusnya dalam ruang berbeda tetapi berhadapan langsung.
3. lafal arab “hiina” atau adalah dhorof zaman untuk menyatakan waktu sedang. Artinya ; bila sedang di ruang iman maka prilakunya adalah yang berbau keimanan. Namun bila sudah tidak berada di ruang itu, maka sangat rentan untuk terjebak kemaksiyatan.
4. bahwa keberadaan seseorang baik di ruang iman atau sebaliknya di ruang kufur, bisa terjadi begitu cepat secepat pandangan mata beralih. Atau bahkan lebih cepat dari itu, karena penggerak hati berbolak-balik adalah Alloh.

Sunday, January 25, 2015

Tanda Keimanan : Tidak Kikir

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لا يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَالإِيمَانُ فِي قَلْبِ مُؤْمِنٍ، وَلا يَجْتَمِعُ غُبَارٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَدُخَانُ جَهَنَّمَ فِي جَوْفِ امْرِئٍ مُسْلِمٍ. (رواه أسلم الرزاز)

Keterangan : Sang Nabi menyampaikan :

1. kikir dan iman, begitu juga debu medan perjuangan dan asap jahannam tidak akan pernah menyatu di relung hati muslim.
2. seperti dikata di thema kufur dan iman tidak menyatu , atau harusnya dalam ruang berbeda tetapi berhadapan langsung.
3. tetapi di hadits ini disampaikan bahwa ruang iman berhadapan dengan ruang kikir. Ini maksudnya seperti menghadapkan mengambil ruang besar iman dengan ruang kecil kikir yang beada di ruang besar kufur. Atau gaya balaghoh itnab yang dikemas dalam bahasa majaz : itlaqu sabab alal musabbab atau tindakan kikir menjadi sebab dihukumi musabbab kekufuran.
4. bila redaksi pertama adalah tentang bahan bakar tindakan manusia, maka dalam redaksi kedua disampaiakan : hasil akhir / buah tindakannya , yaitu siapa yang beriman mendapat mendapat surga, dan siapa kufur mendapat jahannam. 5. redaksi kedua pun disampaikan secara majaz ; itlaq sabab alal musabbab ; yaitu tindakan jihad fi sabilillah menjadi sebab mendapat musabbab surga.
6. bila di sinkronkan lagi jadinya : siapa yang beriman akan melakukan kebaikan sampai dikata jihad fi sabilillah. Dan siapa yang kufur, bahkan sampai dikata kikir, maka dia mendapat balasan jahannam.

Friday, January 23, 2015

Tanda keimanan : iman dan kufur tidak menyatu

Tanda keimanan : keimanan dan kekufuran

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ : لا يَجْتَمِعُ الإِيمَانُ وَالْكُفْرُ فِي قَلْبِ امْرِئٍ, وَلا يَجْتَمِعُ الصِّدْقُ وَالْكَذِبُ جَمِيعًا فِي قَلْبِ مُؤْمِنٍ, وَلا تَجْتَمِعُ الْخِيَانَةُ وَالأَمَانَةُ جَمِيعًا. (رواه ابن بطة)

Keterangan : Sang Nabi menyampaikan :

1. disetiap hati ada ruang-ruang. Baca disini.
2. di hati juga ada dua ruang yang saling berhadapan ; ruang iman berhadapan ruang kufur, ruang kebohongan seberang ruang kejujuran, serta di depan ruang khianat ada ruang amanat atau tanggungjawab.
3. tepat di tengah antara kedua ruang itulah ada satu lorong bernama ikhtiyar.
4. lafal ini dari kata khiyar artinya pilihan, juga berakar dari kata khoirun artinya baik.
5. berarti ikhtiyar bukan sekedar usaha. Tetapi usaha memilih yang terbaik dari dua perkara atau lebih.
6. ikhtiyar manusia adalah yang paling menentukan baik-buruk prilakunya. Padahal bila disinkronkan dengan ayat وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ (ketahuialah, bahwa Alloh benar-benar menjadi حائل / berada antara seseorang dengan hatinya . Al-Anfal 24), menunjukkan ilmu Alloh sangat dekat saat seseorang dalam proses ikhtiyar. Namun di sisi lain, lorong inilah yang menjadi tempat favorit setan khonnas / setan waswas. Jadi sangat wajar bila sering terjadi pertempuran suasana hati disini.
7. bila seseorang telah menentukan sikapnya dalam salah satu ruang yang saling berhadapan tadi, contohnya bila dia sudah masuk di ruang iman, maka dia tidak akan mungkin masuk di ruang kekufuran. Demikian juga yang terjadi pada ruang yang lain.
8. karena tidaklah mungkin satu ruang berisi dua hal yang saling bertolak belakang, semisal tempat makan satu ruang dengan WC tanpa ada penutup sedikitpun, begitu juga ruang dapur tidak bisa satu ruang dengan tamu.
9. hadis ini secara implisit merupakan sebuah pesan, agar kita selalu berada di ruang yang baik, jangan sampai keluar, bahkan masuk di ruang sebaliknya

Tuesday, January 20, 2015

Tanda Keimanan : Syukur dan Sabar

عن صهيب قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عَجَبًا لأَمْرِ المؤمنِ إِنَّ أمْرَه كُلَّهُ لهُ خَيرٌ ليسَ ذلكَ لأَحَدٍ إلا للمُؤْمنِ إِنْ أصَابتهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فكانتْ خَيرًا لهُ وإنْ أصَابتهُ ضَرَّاءُ صَبرَ فكانتْ خَيرًا لهُ. (رواه مسلم)

Keterangan : Sang Nabi menyampaikan :

1. Ajaban ; sungguh mengherankan ! ungkapan untuk hal yang tak biasa melebihi standar normal, baik dalam masalah positif maupun atau negatif. Namun disini pada hal yang positif.
2. Buah (ihsan) keimanan yang sudah sampai pada puncaknya adalah syukur dan sabar.
3. Bersyukur saat mendapat kesenangan, dan sabar saat mendapat hal yang mendesaknya.
4. Letak kebaikan ; ada pada kata “fa kaanat” yang meruju’ pada kata “ashoobathu”. Maksudnya, musibah kesenangan dihadapi dengan bersyukur, dan musibah terjepit bahaya dihadapi dengan bersabar.
5. Maksudnya ; apapun musibah yang menimpa adalah kebaikan baginya, sehingga apabila dihadapi dengan baik, maka dia akan mendapatkan kebaikan berlipat.
6. Sedangkan kalimat “ajaban” adalah untuk merujuk kepada seorang mu’min yang sudah mempunyai sikap seperti nomer 5.

Friday, January 16, 2015

Tanda Keimanan : Sadar Kehormatan Diri

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يَدْخُلْ الْحَمَّامَ إِلَّا بِمِئْزَرٍ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُدْخِلْ حَلِيلَتَهُ الْحَمَّامَ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يَقْعُدْ عَلَى مَائِدَةٍ يُشْرَبُ عَلَيْهَا الْخَمْرُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يَخْلُوَنَّ بِامْرَأَةٍ لَيْسَ مَعَهَا ذُو مَحْرَمٍ مِنْهَا، فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ. (رواه أحمد)

Keterangan : Sang Nabi menyampaikan :

1. Siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka dilarang :
a. masuk kamar mandi kecuali dengan kain penutup (sarung)
b. se kamar mandi dengan istrinya
c. duduk di jamuan minuman keras
d. tidak kholwat dengan wanita tanpa ada mahromnyav 2. Poin (d) diberi alasan ; bila berduan saja, maka setan menjadi pihak ketiganya.
3. Seolah Beliau menyampaikan ; bila kurang menjaga iman lalu tidak ingat Alloh atau kurang beriman kepada hari pembalasan lalu tidak ingat kepada kematian.
4. Benang merah dari keempat larangan dalam hadits ini tentang menjaga kehormatan diri dan orang yang berada di sekelilingnya.
5. Poin (c) terlihat berbeda dengan poin yang lain, namun sebenarnya disini Beliau ingin menyampaikan hubungan kausalitas dari duduk di meja khomer. Tentu akan kepincut mencicipi, meminumnya, ketagihan, mabuk, sampai pada prilaku tak sadar. Dimana bila sudah mabuk, biasanya puncak ujungnya pada keberanian kepada wanita yang tak halal.

Thursday, January 15, 2015

Tanda Keimanan: Baik Dalam kata, Tetangga & Tamu

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ. (متفق عليه)

Keterangan : Sang Nabi menyampaikan :

1. Ada tiga tanda-tanda keimanan. Dimaksudkan untuk sebagai tes uji sebera luas cakupan keimanan, sejauh mana masalah yang sedang difokuskan, serta setebal apa keimanan yang dimiliki.
2. Rukun iman ada 6. Namun disini disebut dua keimanan ; iman kepada Alloh dan iman kepada hari akhir. Maksudnya ; iman berbentuk targhib (harapan) setiap orang kepada Alloh dan iman berbentuk tarhib (ancaman) kepada hari kematian. Atau dengan bahasan lain ; iman vertikal dan iman horisontal.
3. Dalam hadits ini disebutkan 3 tanda cinta :
a. berkata baik atau diam
b. memulyakan tetangga
c. memulyakan tamu
4. Hadits ini bisa diartikan sebagai juga sebagai tanda tingkat serta efek buah keimanan seseorang mengenai;
a. sejauh mana dia bisa menghormati dan menjaga diri sendiri.
b. bila orangnya terlihat bertutur kata baik, maka perlu diuji keimanannya terkait dengan sejauh mana dia biasa berhubungan dengan orang lain, terutama tetangga.
c. bila orangnya terlihat baik dengan tetangga, maka sekali lagi bisa diuji keimanannya terkait dengan sejauh mana bila dia mendapat hal yang datang tiba-tiba, semisal tamu.
5. Ketiga tanda ini bisa diartikan juga sebagai anjuran:
a. belajar memperbaiki diri, terutama dalam soal bicara. Bila merasa tidak mampu, tidak manfaat atau yang lain, maka lebih baik diam.
b. belajar menghormati orang lain, terutama kepada yang terdekat dan biasa berjumpa.
c. belajar menghormati orang lain, terutama kepada yang biasanya datang tiba-tiba, yakni tamu.

Monday, January 12, 2015

Tanda Keimanan : Kuat

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ (رواه مسلم)

Keterangan : Sang Nabi menyampaikan :

1. Baca dulu disini :
khutbah mengenai : kesempurnaan iman yang manis
Baca juga :
tanda keimanan : manisnya keimanan
Baca lagi :
tanda keimanan : kesempurnaan iman.html
Ketrangan lanjutan :
iman kuat
2. Sabda Beliau : Mu’min kuat “lebih baik” dan “lebih dicinta” Alloh dari pada mu’min yang lemah, menunjukkan ada gradasi level keimanan. Seolah Beliau ingin mengatakan : apapun yang berlandaskan keimanan adalah baik, dan yang tertinggi dari hal itu adalah dapat mendapatkan cinta Alloh.
3. Sabda Beliau : dan semuanya adalah baik ; sebagai illat (alasan) bahwa bila hal-hal itu berdasarkan keimanan maka semuanya adalah baik. Beliau seolah mengatakan ; minimal ada sejumput keimanan dalam berbuat, pasti akan berujung pada kebaikan.
4. Empat tips kenabian untuk meniti tangga dasar keimanan hingga cinta ;
(a) jaga semangat pada hal yang bermanfaat,
(b) minta pertolongan Alloh,
(c) jangan lemah,
(d) bila tertimpa musibah, jangan bilang “jika aku lakukan ini dan itu”, tetapi mantapkan bila ini taqdir dan kehendak Alloh. Alasannya : kata Law (jika) akan membuka setan bertindak.
5. Empat tips ini bisa diartikan :
(a) banyak amal yang terlihat baik, pilihlah yang paling bermanfa’at. Setelah itu, jaga semangat dalam menjalankannya.
(b) ista’in billah atau minta lah pertolongan kepada Alloh minimal dengan “bismalah”, dan lanjutkan hingga sampai “billah”.
(c) ukur kekuatan masing-masing, jangan sampai malah terjebak dan membuka sisi kelemahan diri.
(d) bila “sudah” terjadi hal yang tidak sesuai keinginan, jangan menyesal dan kecewa, tapi jaga keimanan terhadap taqdir Alloh. Karena semuanya ada masyi’ah Alloh yang dilambari oleh irodah Alloh.
6. Kata “law” membuka jalan setan bertindak, baik setan khonnas dalam was was, setan khowatir untuk tindakan selanjutnya.

Saturday, January 10, 2015

Tanda keimanan : Cemburu

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ يَغَارُ وَإِنَّ الْمُؤْمِنَ يَغَارُ وَغَيْرَةُ اللَّهِ أَنْ يَأْتِيَ الْمُؤْمِنُ مَا حَرَّمَ عَلَيْهِ. (رواه مسلم)

Keterangan : Sang Nabi menyampaikan :

1. Hadits ini satu contoh lagi terkait dengan hal mutasyabihaat.
2. Sisi tasyabuhnya adalah Alloh punya sifat seperti sifat manusia ; yakni cemburu. Dimana bisa dibayangkan, kalau itu manusia yang cemburu, tentu akan berefek pada marah, benci, iri dan lain-lain.
3. Hal ini perlu di ta’wil seperti halnya sifat2 Alloh yang lain terkait mutasyabiihat itu, seperti Alloh malu, marah, benci, cinta dan lain-lain, dengan hal yang pantas dan layak untuk Sang Tuhan.
4. Memang seolah ada kesengajaan dalam peletakan kata yang mengandung tasyabuh, baik dalam Al-Qur’an maupun hadits. Semua itu bertujuan sekedar untuk taqrib tawdih (cara pendekatan untuk menjelaskan) dengan akal pemahaman manusia saja.
5. Disabdakan ; Alloh cemburu dan mu’min pun cemburu. Sedangkan kecemburuan Alloh itu saat mu’min melakukan apa yang diharamkanNya. Atau kecemburuanNya saat mu’min berpaling dari Nya dengan melakukan maksiyat.
6. Apa yang diharamkan disini tentu sangat luas cakupannya, selagi terkait keimanan. Bila kemaksiyatan itu karena keimanan hilang sampai terjadi kesyirikan, tentu itu bukan hal yang dimaksudkan Rasululloh disini.
7. Cemburu itu salah satu buah cinta. Dan cinta adalah manisnya buah keimanan yang sempurna. Artinya ada gradasi level cemburu juga, sesuai dengan tingkat keimanan yang dimiliki. Begitu juga efek yang terjadi akibat cemburu.
8. Baca dan sinkronkan disini :
khutbah mengenai : kesempurnaan iman yang manis
Baca juga :
tanda keimanan : manisnya keimanan
Baca lagi :
tanda keimanan : kesempurnaan iman.html